Fragmen hidup Fatimah Azzahra, putri
Rasulullah SAW selalu menarik untuk dibahas. Mungkin ketika mendengar
namanya, dalam pikiran kita ada satu hal yang terlintas, mencintai dalam
diam. Hal itu juga yang pertama diketahui dari sosok Fatimah Azzahra.
Namun, lebih jauh dari itu, ternyata Fatimah Azzahra mempunyai
sumbangsih yang besar dalam dakwah Rasulullah dan ia adalah perempuan
yang istimewa, bahkan untuk Rasulullah sekali pun.
Fatimah Azzahra, lahir di tengah
penantian suku Quraisy setelah lahir 3 putri Rasulullah dan dua putranya
namun kedua putra ini meninggal. Lahir anak pertama yang diberi nama
Zainab, kedua Ruqayyah, ketiga Ummu Kultsum, kemudian dua anak laki-laki
beliau lahir, Qasim dan Abdullah. Namun, keduanya meninggal di masa
kanak-kanak.
Usia Khadijah, sang ibu tak muda lagi, di
atas 60 tahun. Kecil kesempatan untuk bisa melahirkan seorang buah
hati. Namun, Allah yang berkehendak. Lahirlah anak keempat dari rahim
Khadijah, lagi-lagi seorang perempuan, mereka menamainya Fatimah.
Bersorak sorailah para musuh Rasulullah, mereka mengatakan Rasulullah
telah putus sebab di rumahnya lahir empat anak perempuan. Tak ada putra
yang membawa kekuatan, kehormatan, dan kemuliaan.
Tiga putri Rasulullah pun ternyata
meninggal mendahului beliau. Tinggallah si bungsu, dialah Fatimah
Azzahra yang banyak menemani perjuangan Rasulullah hingga akhir hayat
beliau. Fatimah kecil yang menyaksikan betapa perjuangan sang Ayah untuk
menyeru kepada agama Allah telah terbiasa hidup dalam kesulitan. Ia
menyaksikan betapa ayahnya dihina, dicaci, dan dimaki oleh orang-orang
kafir Quraisy. Bahkan, tatkala ayahnya sedang bersujud di masjidil haram
dan orang-orang melemparnya dengan kotoran domba. Fatimah kecil yang
ringkih menjadi orang pertama mendatangi Rasulullah. Tangan kecilnya
membersihkan satu demi satu kotoran yang menempel di tubuh sang ayah. Ia
membersihkan wajah dan kepala sang ayah, menghibur beliau dan pulang
bersama ayahnya.
Fatimah kecil yang kurus, ia menemani
kesulitan demi kesulitan hidup sang ayah, dan ia pun turut merasakan
penderitaan hidup sang ayah. Di antara sikap kekanak-kanakannya, Fatimah
menjadi orang yang sangat memperhatikan detail kehidupan ayahnya,
kemudian ia pun dinamakan Ummu Abiha, ibu dari ayahnya. Fatimah adalah
orang pertama yang dicari Rasulullah sebelum ia hendak bepergian atau
sepulang dari bepergian.
Fatimah, ketika Khadijah ibunya meninggal
dunia. Ia berjanji pada ibunya, ia tidak akan meninggalkan meninggalkan
ayahnya dan bahkan tidak ingin menikah demi menemani perjuangan
ayahnya. Itu pun benar-benar ia lakukan sampai akhirnya Aisyah hadir
dalam rumah tangga Rasulullah.
Layaknya gadis-gadis lainnya, Fatimah pun
merasakan romantika kehidupannya. Ia yang tumbuh dan berkembang bersama
Ali bin Abi Thalib. Seorang pemuda yang sangat dekat dengan Rasulullah.
Ali layaknya kakak yang disayangi dan kupu-kupu indah di seputar
Rasulullah demikian ungkap Ali Syariati. Perasaan keduanya? Lagi-lagi
Ali Syariati mengungkapkan barangkali kita bisa menebak, tapi tak ada
kata-kata yang dapat mengungkapkannya. Bagaimana kita dapat
menggambarkan perasaan yang rumit, yang tumbuh dari keimanan, cinta,
kekuatan ruhani, ibadah, dan keramahan seorang laki-laki dan perempuan
yang berbagi keyakinan dan kedekatan yang sama dengan kedua jiwa?
Mereka bersama-sama mengalami kesulitan dan cobaan nasib. Sebagai sesama
musafir, langkah demi langkah, saat demi saat sepanjang hayat, mereka
menjumpai keramahan dan ilham berpadu dengan iman (Syariati, 2008: 210).
Fatimah yang sebelumnya telah dilamaran
sahabat Rasulullah, Umar dan Abu Bakar. Namun, keduanya ditolak hingga
akhirnya datanglah Ali tanpa bekal sedikit pun harta mendatangi
Rasulullah untuk meminang Fatimah. Apa yang terjadi, Rasulullah pun
menyambut dengan baik. Jadilah Fatimah dan Ali menikah.
Rumah tangga keduanya? Mereka tak hidup
dalam bergelimangan harta. Bahkan Fatimah harus menggiling gandum,
memanggang roti, dan menimba air sendiri hingga lecet tangannya. Namun,
keduanya bahagia sebab cahaya iman hidup di rumah mereka. Rumah yang
serba kekurangan bahkan selimut pun hanya sehelai kain yang tipis lagi
pendek. Jika kain itu ditarik ke atas maka terlihatlah kaki mereka, dan
jika kain itu ditarik ke bawah maka terlihatah kepala mereka. Lagi-lagi
keduanya bahagia.
Bercerita tentang Fatimah, tak
usai-usainya, setiap fragmen kehidupannya memberi pelajaran tersendiri.
Bahkan sejak ia kecil sampai akhirnya ia wafat, pelajaran untuk menjadi
seorang muslimah yang bersahaja, dermawan, lagi tangguh. Ia laksana
inspirasi yang tak bertepi.
Fatimah terlalu istimewa, bahkan untuk
Rasulullah sekali pun. Dalam hadistnya dikatakan bahwa di dunia ini ada
empat perempuan yang utama, mereka adalah Maryam, Asiah, Khadijah, dan
terakhir Fatimah.
Referensi:
Fatimah The Greatest Women In The Islamic Story (Ali Syariati)




Categories :
Alghurobaa Corner



