Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW adalah acara rutin yang dilaksanakan oleh mayoritas kaum muslimin untuk mengingat, mengahayati dan memuliakan kelahiran Rasulullah. Menurut catatan Sayyid al-Bakri, pelopor pertama kegiatan maulid adalah al-Mudzhaffar Abu Sa`id, seorang raja di daerah Irbil, Baghdad. Peringatan maulid pada saat itu dilakukan oleh masyarakat dari berbagai kalangan dengan berkumpul di suatu tempat. Mereka bersama-sama membaca ayat-ayat Al-Qur’an, membaca sejarah ringkas kehidupan dan perjuangan Rasulullah, melantuntan shalawat dan syair-syair kepada Rasulullah serta diisi pula dengan ceramah agama. [al-Bakri bin Muhammad Syatho, I`anah at-Thalibin, Juz II, hal 364].
Pon-Pes Tahfidz Alghurobaa'
Penggunaan nama Alghurobaa’ dimaksudkan agar para santri nantinya menjadi...Selanjutnya >>
Teladan Sayyidah Maryam
Maryam yang sudah Allah sebut langsung sebagai wanita yang...Selanjutnya >>
KH. M. Arwani Amin (Kudus)
Beliau dikaruniai kecerdasan dan minat yang kuat dalam menuntut ilmu...Selanjutnya >>
Anak Wajib Menafkahi Orang Tua
Segera memperhatikan kembali keadaan orang tua masing-masing, karena...Selanjutnya >>
Sunday, 11 December 2016
Saturday, 1 October 2016
Sejarah Bulan Muharram dan Hijriyyah
Categories : EnsiklopedIslam
Alghurobaa Corner
Sunday, 26 June 2016
Monday, 6 June 2016
Tiga Tingkatan Orang Berpuasa
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menerangkan tingkatan dalam berpuasa. Shaumul umum, shaumul khusus, dan shaumul khususil khusus. Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.
Pertama, Puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat. Tingkatan puasa ini menurut al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah, kenapa? Karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Kalau puasanya hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari, maka kata Rasulullah SAW puasa orang ini termasuk puasa yang merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit.
Categories : Ubudiyah
Alghurobaa Corner
Sunday, 5 June 2016
Muhammad Ali (Sang Legenda)
Saat ia sedang bermain di tempat olahraga di Kentucky, seseorang mencuri sepedanya. Ia benar-benar jengkel dengan pencuri itu dan mengancam akan menghajarnya hingga remuk. “Akan kuhajar hingga hancur dan kupukuli hingga terluka parah, kalau ia ditemukan,” kata anak kurus tinggi itu di hadapan polisi. Polisi tidak menanggapi serius amarah si anak. Mereka malah mengatakan, kalau mau menghajar orang sampai babak belur, ya belajar tinju dulu. Kejadian inilah yang mengubah kehidupannya. Ali mulai latihan tinju pada tahun 1954, saat itu ia baru berusia 12 tahun.
Categories : Fragmen
Alghurobaa Corner
Saturday, 26 March 2016
“Faidhul-Barakat” Karya KH. M. Arwani Amin tentang Qira’at Sab’ah
Gambar di atas merupakan laman pertama dari manuskrip kitab Faidhul-Barakat fi Sab’il-Qira’at karangan seorang ulama besar Nusantara, KH. Arwani Amin Kudus, Jawa Tengah (1905-1994 M). Kitab ini sedang ditahqiq di Universitas Al-Azhar, Kairo, yang terdiri dari tiga jilid dan terhitung sebagai kitab “ilmu qira’at sab’ah” yang langka di Nusantara.
Kemungkinan kitab ini ditulis sekitar tahun 1930-an. Pengarang mengatakan dalam kata pengantarnya jika ia menuliskan kitab karangannya itu semasa menjadi santri KH. Munawwir Krapyak (Yogyakarta), tepatnya saat mengaji kitab Hirzul-Amani wa Wajhut-Tahani karangan Shaikh al-Qurra Abu Muhammad al-Qasim as-Syathibi (w. 590 H/ 1194 M).
Categories : Fragmen
Alghurobaa Corner
Sunday, 13 March 2016
Pelajaran dari Nabi Musa as dan Seekor Anjing
Kemudian Nabi Musa mencari kesana kemari. Melihat dan memperhatikan satu demi satu wajah manusia yang ia temui. Ia pun mendatangi pasar budak, mungkin saja ia temukan manusia yang ia cari. Setiap melihat seseorang, ia berpikir dalam benaknya “apakah aku lebih mulia darinya? Mungkin saja ia lebih mulia dariku di sisi Allah SWT.”
Categories : Hikmah
Alghurobaa Corner
Wednesday, 2 March 2016
Yang Lebih Buruk dari Fir’aun dan Iblis
Dalam kitab an-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Mishri al-Qulyubi asy-Syafi‘i dikisahkan, suatu kali Iblis mendatangi Fir’aun dan berkata, “Apakah kau mengenaliku?”
“Kau telah mengalahkanku dalam satu hal.”
“Apa itu?” Tanya Fir’aun penasaran.
“Kelancanganmu mengaku sebagai tuhan. Sungguh, aku lebih tua darimu, juga lebih berpengetahuan dan lebih kuat ketimbang dirimu. Tapi aku tidak berani melakukannya.”
“Kau benar. Tapi aku akan bertobat,” kata Fira’un.
Categories : Hikmah
Alghurobaa Corner
Thursday, 18 February 2016
Lima Ibadah yang Harus Disegerakan
Segala pekerjaan yang dilakukan dengan terburu-buru akan mengakibatkan ketidaksempurnaan. Bahkan dianggap sebagai kelakuan syaitan. Hal ini memang benar. Pepatah lama saja mengantisipasi hal ini dengan istilah tak akan lari gunung dikejar. Kalimat ini menyadarkan bahwa dalam berkegiatan tidaklah perlu tergesa-gesa karena sesuatu tujuan itu akan tercapai bila kita melangkah sesuai rencana.
Namun demikian kaidah ini memiliki pengecualian. Tidak semua yang dilakukan dengan segera menimbulkan efek buruk. Bahkan hal itu disunahkan sebagaimana keterangan hadits yang diriwayatkan oleh Hatim al-Asham yang dikutip dalam Hilyatul Auliya:
Categories : Ubudiyah
Alghurobaa Corner
Thursday, 4 February 2016
Batu Ajaib di Jaman Nabi Musa as
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Dahulu Bani Isra’il biasa mandi dalam keadaan telanjang sehingga mereka pun bisa melihat aurat temannya satu sama lain. Adapun Musa ‘alaihis salam mandi dalam keadaan sendiri. Maka mereka pun berkomentar, ‘Demi Allah, tidak ada yang mencegah Musa untuk mandi bersama-sama dengan kita melainkan pasti karena kemaluannya bengkak (mengidap kelainan).’”Nabi menceritakan, “Maka suatu saat Musa berangkat untuk mandi, lalu dia letakkan pakaiannya di atas sebongkah batu. Tiba-tiba batu itu berlari membawa pergi bajunya.” Nabi berkata, “Maka Musa pun mengejar larinya batu itu seraya berteriak, ‘Hai batu, kembalikan pakaianku! Hai batu, kembalikan pakaianku!’. Sampai akhirnya Bani Isra’il bisa melihat aurat Musa kemudian mereka berkomentar, ‘Demi Allah, ternyata tidak ada -kelainan- apa-apa pada diri Musa’. Maka berhentilah batu itu sampai orang-orang memandanginya.” Nabi berkata, “Kemudian Musa pun mengambil pakaiannya dan mendaratkan pukulan -tongkat-nya kepada batu tersebut.” Abu Hurairah berkata, “Demi Allah, di atas batu itu terdapat enam atau tujuh bekas pukulan -tongkat- Musa.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [3/146])
Hadits yang agung ini mengandung pelajaran, di antaranya:
- Bolehnya mandi dalam keadaan telanjang bulat apabila sedang bersendirian (sepi) dan tidak terlihat orang lain, namun menutup diri itu lebih utama (lihat judul bab hadits ini dalam Syarh Muslim [3/146], lihat juga Shahih Bukhari, Kitab al-Ghusl, hal. 72).
- Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan Nabi Musa ‘alaihis salam yang memiliki sifat pemalu (lihat Shahih Bukhari, Kitab Ahadits al-Anbiya’, hal. 715).
- Hadits ini menunjukkan keutamaan sifat malu. Bahkan, rasa malu itu termasuk cabang keimanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh sekian cabang, sedangkan rasa malu adalah salah satu cabang penting keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lihat Syarh Muslim [2/87]).
- Malu adalah akhlak para Nabi.
- Larangan menyakiti para Nabi (lihat Shahih Bukhari, Kitab Tafsir al-Qur’an, hal. 1012).
- Wajibnya membenarkan berita yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meskpun tampaknya tidak bisa diterima oleh akal manusia.
- Hadits ini menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah ta’ala, sehingga Allah bisa membuat batu -benda mati- bisa berlari, meskipun ia tidak punya kaki.
- Perintah menutup aurat dan larangan mempertontonkannya di hadapan khalayak.
- Tercelanya menyebarkan kabar burung yang tidak jelas kebenarannya (qila wa qola).
- Wajibnya mengecek berita (tatsabbut) untuk membuktikan kebenarannya, terlebih lagi jika isinya mengandung kesan negatif (celaan) pada diri orang-orang yang terhormat semacam ulama ataupun umara’.
- Islam merupakan agama yang sempurna dan menjunjung tinggi akhlak mulia, sehingga etika mandi pun diajarkan supaya kehormatan diri manusia terjaga.
- Islam mengajarkan kebersihan.
- Hadits ini menunjukkan disyari’atkannya untuk menyingkap kerancuan pemahaman yang ada di tengah-tengah masyarakat.
- Terkadang orang menyangka bahwa suatu musibah yang menimpanya merupakan keburukan baginya, namun sebenarnya ada hikmah yang agung di balik itu semua yang manfaatnya kembali kepada orang itu sendiri.
- Bersumpah dengan menyebut nama Allah, bukan dengan nama makhluk.
Wallahu a’lam. [ ] Red. ALCOREGB
Categories : Hikmah
Alghurobaa Corner
Dapatkan Update Artikel Terbaru Melalui Email
















