Pon-Pes Tahfidz Alghurobaa'

Penggunaan nama Alghurobaa’ dimaksudkan agar para santri nantinya menjadi...Selanjutnya >>

Teladan Sayyidah Maryam

Maryam yang sudah Allah sebut langsung sebagai wanita yang...Selanjutnya >>

KH. M. Arwani Amin (Kudus)

Beliau dikaruniai kecerdasan dan minat yang kuat dalam menuntut ilmu...Selanjutnya >>

Anak Wajib Menafkahi Orang Tua

Segera memperhatikan kembali keadaan orang tua masing-masing, karena...Selanjutnya >>

Monday, 6 June 2016

Tiga Tingkatan Orang Berpuasa

Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menerangkan tingkatan dalam berpuasa. Shaumul umum, shaumul khusus, dan shaumul khususil khusus. Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.

Pertama, Puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat. Tingkatan puasa ini menurut al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah, kenapa? Karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Kalau puasanya hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari, maka kata Rasulullah SAW puasa orang ini termasuk puasa yang merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit.


Hal inilah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW dengan sabdanya: “banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatka pahala berpuasa, yang ia dapatkan hanya lapar dan dahaga".

Kedua, Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa,” tulis Imam Ghazali.

Maka puasa ini sering disebutnya dengan puasa para Shalihin (orang-orang saleh). Menurut al- Ghazali, seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan dalam tingkatan puasa kedua ini kecuali harus melewati enam hal sebagai prasayaratnya, yaitu menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan. Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri. Menggunakan waktu untuk berdzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran.

Menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Mencegah anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka, sampai perutnya penuh makanan. Hatinya senantiasa diliputi rasa cemas (khauf) dan harap (raja) karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah.

Ketiga, Puasa khususnya orang yang khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Puasa khusus yang lebih khusus lagi yaitu, disamping hal di atas adalah puasa hati dari segala keinginan hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apa-apa selain Allah SWT (shaum al-Qalbi ‘an al-Himam ad-Duniyati wa al-Ifkaar al-Dannyuwiyati wakaffahu ‘ammaa siwa Allaah bi al-Kulliyati). Menurut al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya para nabi, Shiddiqqiin, dan Muqarrabin. Wallahu a’lam[ ] Red. ALCOREGB

 
.:: Simak Berbagai Artikel Melalui Offcial Link Kami Facebook Dan Twitter. Kritik Konstruktif Dan Saran Dapat Dikirimkan Kepada Kami Melalui Email Redaksi ALCORE (Alghurobaa' Corner) Hubungi alghurobaacorner@gmail.com. Like Fan Fage Alghurobaa' Corner Dan Follow Twitter @ghurobaacorner ::.